


Kesibukan meneliti karya-karya ilmu Munasabah dari Indonesia ke tanah Arab, aku terbelek “Membumikan al-Quran 2” nukilan Prof. Quraish Shihab pada bab “Implikasi Rahmatan Lil Alamin Dalam Kehidupan”.
Antara point akhirnya mengenai ayat 107 surah al-Anbiya (107) berkenaan adalah :
- Hanya dengan enam kata, dua puluh lima huruf termasuk huruf penghubung di awalnya menjadikan ayat ini singat, tetapi mengandungi makna yang sangat luas.
- Ayat ini menyebut empat hal pokok iaitulah Rasul (Rasulullah SAW), yang mengutuskan (Allah SWT), sasaran yang diutuskan (al-‘Alamin mencakupi semua waktu dan tempat) dan risalah (rahmat dalam bentuk nakirah)
- Rahmat Rasulullah SAW bukan kedatangan Baginda, bahkan sosok dan keperibadian baginda adalah Rahmat Allah SWT kepada Baginda.
- Tidak ditemui dalam al-Qur’an seorang pun Rasul yang diberi gelaran rahmat kecuali Rasulullah SAW dan tidak juga ada seorang pun makhluk yang disifatkan Allah sebagai Rahim kecuali Rasulullah Muhammad SAW. (Al-Taubah, 9 : 128)
- Kalau Baginda bersikap tegas, atau ada tuntutan yang sepintas kelihatan berat, maka itu adalah untuk kemaslahatan ummat jua. Sebenarnya hati beliau lebih dahulu terhiris-hiris setiap kali melihat adanya kesulitan dan penderitaan yang dialami manusia.
- Salah satu yang terpenting yang mesti dteladani dari Baginda adalah mencerminkan rahmat dan kasih sayang bukan hanya kepada manusia, bahkan pda binatang, tumbuh-tumbuhan, bahkan makhluk-makhluk yang kita namakan ia “tak bernyawa”.
- Nabi SAW sendiri memberikan nama pedangnya Dzul Fiqar, perisainya Dzat al-Fudhul, pelananya al-Daj, tikarnya al-Kuz, cerminnya al-Midallah, gelas minumnya al-Shadir dan tongkatnya al-Mamsyuk. Penamaan ini menggambarkan makhluk-makhluk mati ini seolah-olah ada keperibadian tersendiri yang memerlukan rahmat dan persahabatan dari manusia.
Leave a comment